Siang ini, siang yang terang ini, aku mendengarkan sebuah lagu, sederhana memang, tapi ada sesuatu yang terselip disana, ya, canda tawamu. Awalnya entah apa yang membuatmu mengotak-atik hapeku, membuka folder musik, lalu mencari-cari lagu yang kamu cari, ya, don't you remember dari Adele yang kamu play saat itu.
"Nah ini nih lagunya, aktifin bluetooth kamu yah, kirim ke aku, aku sudah aktifin bluetooth aku nih.", katanya.
Akupun mengangguk tanda mengiyakan permintaannya. Entah apa yang dia suka dari lirik itu, yang jelas dia suka dengan lagu itu.
"Sudah terkirim tuh, mau kirim lagu apa lagi?", tanyaku.
"Sudah ini aja, aku suka.", jawabnya singkat.
"Gimana kabar pacar kamu? Baik aja, kan? Hubunganmu juga baik aja, kan?", tanyanya tanpa jeda.
Belum sempat aku menjawab, dia bergegas mengambil earphone dari laci lemari dikamarnya, lalu merebahkan kepalanya dipahaku, sambil memejamkan mata.
"Lagunya bagus ya, suaranya Adele juga bagus, jadi ngantuk.", katanya.
Kudiamkan saja perkataannya tanpa menjawab sepatah katapun. Aku hanya terpaku menatap wajahnya yang saat itu sedang menikmati lagu itu, yang ku lakukan saat itu hanya mengusap-usap rambutnya.
Tiba-tiba dia beranjak bangun dari baringnya.
"Kamu mau minum apa, Sandra?"
"Aku minum air biasa aja deh."
Lalu dia bergegas kedapur untuk mengambilkanku air minum.
"Nih..."
"Thank you."
Disela-sela aku meminum air putih yang disuguhkannya, dia menatapku, tapi aku pura-pura tidak tahu.
Dan...
"Aku masih sayang kamu."
Ya! Dia mengucapkan kata-kata itu!
Aku sontak kaget, seolah tak mempercayai kata-katanya.
"Kamu ih, becanda muluk."
"Aku serius, aku masih sayang kamu."
Aku meletakkan gelas yang masih ada dalam genggamanku diatas meja tepat dihadapan kami berdua.
"Kamu bilang apa barusan?"
"Aku masih sayang kamu."
Ucapan "aku masih sayang kamu" yang ketiga kalinya ini benar-benar membuat jantungku berdegup kencang. Kencang sekali.
"Kenapa kamu bisa bilang seperti itu lagi? Disaat keadaanku telah bersama yang lain?", tanyaku.
"Aku juga tak mengerti mulai kapan rasa ini mulai tumbuh kembali, aku merasakan cinta itu hadir kembali."
Aku yang mendengarkan penjelasannya itu serasa tak percaya. Semudah itukah? Semudah itukah rasa yang dulu telah hilang kini hadir kembali?
Kutatap matanya tajam, kuarahkan tanganku ke tangannya, kugenggam erat-erat.
"Kamu ter...lambat.", kataku terbata-bata.
"Apa? Apanya yang terlambat? Kamu tinggalkan kekasihmu lalu kembali bersamaku. Mudah. Kamu sangat bisa melakukannya untukku.", rengeknya.
Aku diam. Hanya bisa diam. Aku memikirkan kekasihku. Kekasih yang mencintaiku.
"Aku memang sangat mudah melakukannya untukmu. Meninggalkan kekasihku lalu kembali lagi bersamamu. Tapi apakah dengan begitu aku memikirkan hati kekasihku? Tidak. Jika aku melakukan itu. Aku egois. Aku memikirkan kamu, mantan kekasihku tanpa memikirkan dia, kekasihku."
Aku meneteskan air mata, namun sebisa mungkin kuhapus tanpa memperlihatkan tetesan air mata itu jatuh dihadapannya.
"Lalu? Aku tidak bisa kembali bersamamu? Kamu tidak bisa bersamaku lagi? Kita tidak bisa seperti dulu lagi?", tanyanya penuh harap.
Lagi-lagi aku diam. Terdiam. Kucoba menarik nafas panjang, kuhembuskan pelan-pelan. Perlahan aku jelaskan.
"Hari, kita sudah lama berpisah, lalu kini kita dipertemukan oleh waktu dan keadaan yang telah berbeda, kamu dengan duniamu, dan aku dengan duniaku. Setelah kita berpisah, kamu telah menjalani beberapa kisah dengan wanita-wanita itu, entah kamu ingin mencari apa dari mereka, berusaha mencari penggantiku atau sekedar rasa ingin bermainmu. Dan aku, lihat aku, baru bersama satu lelaki setelah berpisah denganmu, bukan dengan beberapa lelaki, hanya satu, itu karna aku telah benar-benar mencari seseorang pengganti dirimu, yang lebih baik darimu, bagaimana mungkin aku bisa kembali padamu? Bagaimana? Tolong jelaskan."
Hari hanya terdiam, tertunduk, menghela nafasnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu. Semua ini terlihat rumit.
Tak lama, Hari menyentuh tanganku.
"San, maafkan aku. Aku egois. Tidak seharusnya aku bilang begitu sama kamu. Jujur, aku memang masih sayang sama kamu apalagi waktu pertama kita tak sengaja bertemu waktu itu, kamu bersama kekasihmu, entah kenapa rasa itu tiba-tiba muncul lagi, San."
"Har, kita memang pernah merajut cinta bersama tapi itu dulu. Dan sekarang aku telah memiliki dia yang telah tulus mencintai aku, menerima kekuranganku, kamu pasti mengerti maksudku, kan?".
"Iya, San. Aku mengerti. Cinta tak bisa dipaksakan."
Begitu mudahnya seseorang meminta kembali tanpa melihat apa yang telah terjadi. Cinta tak semudah itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar