Kita sudah melewati banyak fase.
Di bulan November sampai Juli.
Tidak mudah.
Aku juga tidak bener-bener sempurna, sama sekali tidak.
Aku hanya perempuan biasa.
Banyak konflik. Banyak masalah. Banyak tangis.
Aku menyudahi berkali-kali.
Kamu mempertahankan pun berkali-kali.
Sampai akhirnya, kamu yang menyudahi.
Iya, kamu.
Mungkin lelahmu.
Mungkin sibukmu.
Mungkin beban pikiranmu.
Mungkin janjimu.
Banyak kemungkinan.
Aku berusaha mempertahankan sama seperti yang kamu lakukan saat aku menyudahi.
Tapi? Rasanya sulit ya.
Rasanya beda.
Disaat aku yang menyudahi, kamu mempertahankan, aku luluh.
Hari-hari kita jalani seperti biasa lagi.
Disaat kamu yang menyudahi, aku mempertahankan, kamu tetap pada pendirianmu.
Hari-hariku sepi.
Iya, ada waktu disela sibukmu.
Kamu milikku, hanya dihari itu, tidak satu hari, hanya beberapa jam dihari itu.
Selebihnya? Aku bukan siapa-siapa.
Aku bahagia. Setidaknya senyummu mampu melepas rinduku.
Kemudian, aku mempertanyakan kejelasan hubungan, apa yang kudapat? Nihil. Kita bertengkar (lagi).
Hari demi hari. Memikirkan. Merusak pikiran. Berontak dengan hati. Nyatanya aku kuat.
Aku masih bertahan.
Lalu, hari ini.
Apa harus aku tetap pada posisi ini?
Ku rasa tidak.
Bahwa aku menyadari, rasa sayang itu komunikasi, bukan hanya sekedar bertemu hari ini, lalu pergi, dan kemudian datang lagi tanpa ada komunikasi disela hari.
Terima kasih sudah mengajarkan aku arti sabar.
Mengembalikan aku pada posisi awal kita bertemu.
Menjadikan aku pribadi yang lebih baik dengan sudut pandangku sendiri.
Aku menyayangimu, lebih dari ini.
Terlepas dari semua salahmu dan salahku yang sudah kita lewati, aku menyadari kita tak pernah sama.
Terima kasih, sudah menyayangi aku sedalam ini.
Aku berhenti hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar