Dulu kita pernah beberapa kali terjatuh.
Dulu kita pernah beberapa kali patah semangat.
Mungkin bukan kita, tapi aku.
Dulu aku dilanda rasa ingin menyerah, aku berada
pada titik bosan.
Entah, apa yang membuatku seolah kalah dengan
komitmen kita sendiri, komitmen mencintai sampai
mati.
Aku seperti terhipnotis oleh silaunya dunia luar,
dibalik dunia yang kita buat sendiri.
Kita membuat dunia kita, berdua, dunia kita
sendiri, yang didalamnya hanya ada aku dan kamu.
Tapi...
Sepertinya kamu terlalu menguasai sebagian
dari dunia kita.
Kamu mengatur semua kehidupanku, memberi
jarak dengan dunia lain, membatasi ruang gerakku.
Dunia yang kita buat, mungkin terlalu sempit.
Iya, sempit, karna hanya ada aku dan kamu.
Kita tinggal didalam gubuk reyot yang kapan saja
bisa roboh, kita berlindung dari panas dan hujan.
Dikala hujan kamu memelukku begitu kuat, kamu
melindungiku dari rasa ketakutan.
Dan...
Ketika kamu berusaha mencari makan untuk
mengisi perut kita yang lapar, kamu pergi,
aku ingin ikut, tapi kamu mengunciku didalam
gubuk reyot kita, lagi-lagi kamu membatasi
hidupku.
Aku berusaha keluar mencari kebebasan lain.
Aku keluar dari salah satu jendela, aku berlari
seolah merasa bebas dengan kebebasanku.
Aku meninggalkanmu...
Aku bersenang-senang dengan diriku sendiri,
tertawa lepas menikmati kesendirianku didalam
dunia kita yang seharusnya ada kamu.
Aku berlari-lari mencari yang aku sebut bahagia.
Hingga suatu malam, dibawah bintang,
aku memikirkanmu.
Apakah kamu baik-baik saja didalam gubuk reyot itu?
Apakah kamu tidak kedinginan?
Apakah kamu merasa kenyang?
Apakah yang sedang kamu lakukan dimalam seperti
ini, yang biasanya kamu memelukku.
Aku merindukanmu...
Esok hari, aku berlari mencarimu, berusaha menemukan
gubuk kita.
Aku berlari dan terus berlari.
Sampai akhirnya aku berada didepan pintu gubuk
kita, aku menemukan pintu kita yang tetutup rapat.
Aku melangkah, selangkah demi selangkah...
Ku pegang gagang pintu, dengan rasa cemas, ku buka...
Aku menemukanmu terbaring di lantai, kedinginan, kelaparan.
Aku menangis, memelukmu, menyapu dingin ditubuhmu...
"Aku menunggumu, kamu kemana saja sayang?"
Aku mendengar perkataan itu dari mulutmu.
Kamu menungguku? Sedangkan aku bersenang-senang
mencari kebahagiaanku diluar sana.
Akhirnya aku sadar, kita membuat dunia kita sendiri, ya untuk kita.
Kita membuat dunia kita, agar kita bahagia hanya berdua.
"Kita bisa bahagia didalam gubuk kita yang nanti jadi istana ini. Kamu harus sabar, kita harus sabar mengumpulkan material untuk membangun istana kita. Kita mulai dari pondasi dulu, sayang. Pondasi kita harus kokoh, jangan kalah dengan badai, buat pilar pondasi kita kuat!"
Ternyata... Bahagiaku ada dikamu sayang, aku salah ketika aku pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar